KONSEP, TANTANGAN DAN STRATEGI ALIHMODA ANGKUTAN LOGISTIK NASIONAL

Kelancaran distribusi logistik merupakan cermin dari keseriusan para pemangku kepentingan dalam memberikan pelayanan prima dalam rangka menunjang pembangunan nasional. Kelancaran distribusi logistik ini akan menjadi kebanggaan dan unggulan, tatkala dikelola secara profesional dan menjadi bagian penting dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi bangsa. Hal tersebut sudah saatnya menjadi tugas dan tanggung jawab kita bersama untuk mewujudkannya dalam pola penataan distribusi logistik. Kementerian perhubungan mencatat bahwa sekitar 40% komponen biaya logistic berasal dari sektor transportasi, sehingga jika terjadi hambatan dalam transportasi maka dapat menyebabkan kenaikan biaya logistik. Konektivitas transportasi logistik sangat dibutuhkan untuk memotong rantai distribusi yang dapat membebani biaya logistik.


Berdasarkan The Logistics Performance Index (LPI) Indonesia Tahun 2018 berada pada peringkat 46 (2018), naik 17 tingkat dari peringkat 63 (2016). Posisi Indonesia berada di bawah Singapura (7), Thailand (32), Vietnam (39), Malaysia (41). Indonesia mengalami peningkatan skor pada 5 (lima) komponen penilaian yaitu: infrastructure, international shipments, logistics quality and competence, tracking & tracing, dan timeliness. Sementara komponen customs mengalami penurunan skor, diharapkan adanya optimalisasi Infrasturktur Logistik, kemudahan berusaha, kemudahan perijinan, efisiensi bisnis di Indonesia untuk meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global. Dengan adanya frekuensi handling beberapa kali, menyebabkan biaya tinggi (cost transit) dan inefisiensi.


Operasional di pelabuhan terdapat 72 rantai proses logistik, dengan multistakeholders adapun manajemen sistem informasi mayoritas bersifat manual. Hanya 30% yang dilaksanakan menggunakan sistem aplikasi yang terintegrasi dengan sistem Inaportnet, Kemenhub. Perlunya kolaborasi melalui Ecosystem Logistics National (NLE) dengan mengoptimalkan dan mendorong efisiensi biaya logistic secara nasional. Kecenderungan peralihan dari angkutan barang berbasis jalan ke angkutan barang berbasis rel masih besar ditinjau dari besaran biaya yang dibayarkan. Probabilitas ini belum mencakup waktu bongkar muat dan biaya perjalanan lanjutan.


Strategi Alihmoda Angkutan Logistik Nasional

Perlunya perkuatan Jalur Logistik Utama dengan konektivitas Multimoda serta merajut Konektivitas Antar Wilayah meningkatkan kinerja konektivitas multimoda antar wilayah dalam mendukung perekonomian wilayah. Dalam mewujudkan pelayanan one stop service, dengan indikator S3 : single operator, single tariff dan single document. Diperlukan kolaborasi dan koordinasi badan lintas sectoral yang khusus menangani logistic. Adapun rekomendasi kebijakan, antara lain :

1. Dukungan teknologi informasi dan komunikasi dalam meningkatkan manajemen angkutan barang bagi perusahaan (fleet management) secara efektif dan efisien.

2. Perlu adanya kebijakan fiskal terkait dengan upaya alihmoda bagi angkutan logistik.

3. Perlunya stimulus kebijakan dalam memiliki distribusi yang murah dan cepat dengan biaya yang transparan dan kompetitif sehingga angkutan logistic menjadi efisien.

4. Selanjutnya diperlukan efisiensi kelembagaan yang terpadu dan memiliki kompetensi yang profesional dalam mendukung aktivitas logistik.

5. Perlunya pengawasan terhadap aturan dimensi truk mengakibatkan maraknya modifikasi chasis guna meningkatkan volume yang diangkut (over dimension over load/ODOL).

(Penulis: Achmad Andhika Kharisma, Analis Kebijakan Pertama, Badan Kebijakan Transportasi)


Komentar

Tulis Komentar