Aspek yang kedua adalah aspek tata kota/wilayah, dimana rekomendasi yang dibuat adalah berdasarkan informasi dari rangkaian FGD yang dilakukan dan studi literature benchmarking terkait dari Inggris dan Jepang. Yang pertama adalah melakukan integrasi Stasiun Manggarai dengan LRT atau MRT agar cakupan jenis moda perjalanan yang dapat dipilih oleh pengguna semakin lengkap. Hal tersebut juga akan memudahkan pengguna dalam berpindah stasiun atau layanan sesuai dengan destinasinya. Rekomendasi berikutnya adalah harus adanya strategi dalam mendorong stasiun yang memiliki penyediaan fasilitas yang mumpuni bagi disabilitas. Hal ini mencakup atribut- atribut penunjang khusus untuk pejalan kaki di sekitar kawasan stasiun yang masih perlu dilakukan pembenahan dan ditambahkan khususnya terkait guide map atau petunjuk jalan menuju ke stasiun atau beberapa tempat penting lainnya, serta rambu-rambu petunjuk atau larangan yang saat ini masih kurang memadai. Kemudian rekomendasi yang terakhir adalah perwujudan public realm Stasiun Manggarai untuk menjadi stasiun dengan tipe destinasi yang beragam, salah satunya adalah recreational. Beberapa rekomendasi tersebut diharapkan dapat mewujudkan stasiun dengan kualitas yang baik dan ramah terhadap disabilitas serta dapat menciptakan penerimaan komersial lain untuk mendukung operasional Stasiun Manggarai.
Aspek yang ketiga adalah aspek arsitektur, dimana melalui aspek ini, didapatkan analisis Stasiun Manggarai secara arsitektur yang kemudian menghasilkan kebutuhan kajian lebih lanjut terhadap akses keluar dan masuk dari Stasiun Manggarai terkait dengan dimensi dan volume manusia yang akan melaluinya. Selain itu, diperlukan juga kajian lebih lanjut mengenai jalur yang dilewati oleh pengunjung terutama mengenai aspek keamanan dan kenyamanan saat berlalu-lalang. Kemudian, berdasarkan kondisi eksisting dan analisis denah Stasiun Manggarai saat ini, keperluan penambahan fasilitas yang inklusif masih banyak diperlukan. Perlu adanya penempatan signage yang lebih efektif dan juga pembagian alur yang lebih merata sehingga tidak terjadi titik-titik kepadatan yang terpusat dan pentingnya mempertimbangkan penempatan beberapa penambahan fasilitas pengaman seperti pagar otomatis dan signage yang lebih merata terutama di area stasiun yang baru untuk keamanan dan kenyamanan pengunjung.
Selain itu, ditinjau dari aspel terakhir yaitu aspek transportasi, pemodelan pejalan kaki yang dilakukan pada studi ini memberikan hasil yang memperlihatkan terdapat penyempitan di bagian barat. Hal ini menyebabkan pintu bagian barat stasiun hanya mampu memindahkan 14% penumpang KRL Commuter Line dan 86% lainnya akan tetap menggunakan pintu timur yang lebih terbuka dan akses yang lebih mudah menuju jalan utama. Dari pemodelan dapat terlihat pula bahwa tiga pintu yang tersedia masih kurang maksimal dalam mengakomodir pergerakan penumpang di Stasiun Manggarai Ultimate pada jam sibuk (peak hour) yang dalam hal ini perlu adanya upaya perbaikan. Sehingga rekomendasi yang diberikan adalah diperlukannya perhatian khusus di pintu sisi timur Stasiun Manggarai pada saat dilakukan penataan kawasan di sekitar Stasiun Manggarai.