Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati (BIJB Kertajati) tidak hanya berfungsi sebagai simpul transportasi, akan tetapi juga sebagai motor penggerak ekonomi. Namun pada kenyataannya, operasional bandara sepi penumpang. Sejak pertama beroperasi Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati (BIJB Kertajati) ditargetkan akan melayani penumpang sebanyak 2,7 juta penumpang/tahun atau sekitar 7.400 penumpang/hari. Namun sepanjang tahun 2019 jumlah penumpang hanya mencapai 3.500 hingga 4.000 orang setiap harinya dan turun drastis menjadi 2.500 hingga 3.000 penumpang saja setiap harinya pada periode low season setelah beberapa maskapai tidak lagi beroperasi di BIJB sejak Agustus 2019 dan semakin menurun dengan kondisi pandemik COVID-19 yang saat ini terjadi. Kondisi BIJB yang sepi penumpang ini disebabkan karena belum terlaksananya pengembangan kawasan sekitar bandara dan tata guna lahan di sekitar Majalengka yang belum optimal, belum diimbangi dengan pembangunan prasarana dan sarana transportasi yang masih minim, serta belum adanya integrasi antarmoda transportasi yang optimal. Dari bulan April 2020 sampai dengan Mei 2023 penerbangan penumpang berhenti beroperasi akibat dampak Pandemi Covid-19, namun biaya pemeliharaan tetap harus dilakukan dengan biaya mencapai 6 milyar rupiah per bulan.
Model umum Optimalisasi Bandara Internasional yang dibuat oleh penulis menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan utilisasi bandara atas permintaan (passenger & cargo demand) BIJB Kertajati akibat adanya interaksi sistem transportasi (pembangunan infrastruktur dan moda transportasi jalan) melalui peningkatan konektivitas yang penjabarannya tertulis dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Jawa Barat 2018 – 2023 dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Wilayah Jawa Barat 2011 - 2031 terhadap pengembangan tata guna lahan kawasan Rebana Metropolitan yang tertuang dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2021. Rebana Metropolitan merupakan pengembangan kawasan berbasis industri tidak sporadis dan memiliki tema eco-industry, serta menata pusat–pusat pertumbuhan ekonomi baru ke dalam Pengembangan Kawasan Rebana Metropolitan di Provinsi Jawa Barat yang meliputi 7 (tujuh) wilayah yaitu Kabupaten Subang, Kabupaten Sumedang, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan dan Kota Cirebon. Sedangkan implementasi kebijakan transportasi dari pemerintah yaitu peningkatan dan reaktivasi konektivitas kereta api antar kota, pembangunan kereta cepat, pengebangan jaringan jalan primer, pembangunan jalan bebas hambatan, pengembangan transportasi masal perkotaan dan kebijakan lainnya.
Berdasarkan hal tersebut, penulis mencoba merumuskan terkait bagaimana analisis perkembangan kebijakan berpengaruh terhadap Peningkatan Utilisasi Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati (BIJB Kertajati) dengan ruang lingkup berfokus pada permintaan perjalanan penumpang dan perjalanan barang. Pemodelan System Dinamics dan Analisis Kebijakan menjadi metodologi yang digunakan oleh Penulis dalam memahami karakteristik dinamis dari suatu struktur sistem, sehingga langkah untuk memecahkan masalah yang diterapkan dapat menghasilkan feedback pada pemahaman sistem tersebut. Lima langkah penting dalam pemodelan dinamika sistem antara lain Problem Definition, Conceptual Model, System Dynamics Model, Model Testing, Final Model Testing dan Analisis Kebijakan.
Untuk mengetahui hasil dari implemetasi kebijakan pemerintah terhadap Utilisasi Bandara Kertajati maka dibuat 2 macam skenario dengan melihat urutan kejadian berdasarkan pertumbuhan Rebana Metropolitan (Rebana Regional Development Driver), Pembangunan Sistem Transportasi Jawa Barat (Transportation System Driver), Daya Tarik Bandara terhadap penumpang (BIJB Passenger Appealingness) dan Daya Tarik Bandara terhadap kargo (BIJB Cargo Appealingness) pada tahun 2024 sampai 2050 yaitu skenario eksisting atau Bussines as Usual (BAU), dan skenario optimis atau optimistic.
Skenario BAU adalah skenario dimana pertumbuhan Rebana Regional Development Driver, Transportation System Driver, BIJB Passenger Attractiveness dan BIJB Cargo Attractiveness tumbuh & berkembang sama dengan kondisi saat ini atau pertumbuhannya konstan seperti saat ini dari tahun 2024 sampai 2050. Untuk pertumbuhan pengembangan wilayah Rebana Metropolitan atau disebut Rebana Regional Development Driver dan Transportation System Driver dalam model dinyatakan dengan nilai 0,1. BIJB Passenger Attractiveness dalam model dinyatakan dengan nilai 0,013 dan BIJB Cargo Attractiveness dalam model dinyatakan dengan nilai 0,0003. Nilai tersebut menggambarkan laju pertumbuhan pengembangan wilayah dan sistem transportasi seperti kondisi saat ini dan sistem transportasi dengan laju pertumbuhan pembangunannya tumbuh seperti saat ini dengan infrastruktur yang sudah terbangun adalah Tol Cisumdawu, Tol Cikapali, Tol Kanci-Pejagan dan reaktivasi Jalur KA Cibatu-Garut. Nilai 0,013 dan 0,0003 menunjukkan seberapa besar pertumbuhan akan upaya daya tarik BIJB Kertajati dalam menyediakan layanan yang aman, cepat, nyaman, murah, dan handal di BIJB Kertajati untuk layanan penumpang dan barang dimana pada kondisi saat beroperasional, jumlah layanan rute yang diayani sebanyak 12 rute penerbangan domestik dan 2 rute penerbangan internasional untuk penumpang dan gudang barang yang masih belum tersedia secara lengkap di BIJB Kertajati untuk melayani pengiriman kargo.
Sedangkan skenario optimistic adalah urutan kejadian dimana program pembangunan infrastruktur transportasi hampir semua diselesaikan dan pengembangan Rebana Metropolitan berkembang/tumbuh seperti Kawasan Cikarang dan sektor industri di Leipzig Jerman. Secara detail pertumbuhan pengembangan wilayah Rebana Metropolitan atau disebut rebana regional development driver dalam model dinyatakan dengan nilai 0,1 sampai 0,75 dari tahun 2024 sampai 2050 yang artinya bahwa pengembangan Rebana Metropolitan tumbuh setiap tahunnya dari tahun yang diskenariokan yaitu 2024 sampai pada tahun 2050 tumbuh sampai sebesar 65% dari kondisi saat ini. Transportation system driver dalam model dinyatakan dengan nilai 0,1 sampai 0,9 dari tahun 2024 sampai 2050 yang artinya nilai tersebut menggambarkan meningkatnya laju pertumbuhan pembangunan sistem dan infrastruktur transportasi pada tahun 2024 sampai 2050 dengan progress hampir semua terbangun dari total program kebijakan daerah dan nasional terkait pembangunan infrastruktur transportasi Jawa Barat yaitu Tol Cisumdawu, Tol Cikapali, Tol Kanci-Pejagan dan reaktivasi Jalur KA Cibatu-Garut, reaktivasi Jalur KA Rancaekek-Tanjungsari, Pembangunan Jalur KA Tanjungsari-Arjawinangun, Overpass Dawuan, Jalan akses Kawasan Aerocity, Peningkatan Jalan poros Cirebon-Pangandaran (Akses menuju BIJB), Tol akses menuju BIJB Kertajati, Jalu bebas Gedebage-Cilacap, Seluruh reaktivasi Jalur KA Jawa Barat, Pembanguan Jalur KA Pageden baru- Patimban, dan Jaringan layanan KA cepat dan semi cepat Jakarta- Surabaya. Selanjutnya BIJB passenger attractiveness dalam model dinyatakan dengan nilai 0,013~0,06 dan BIJB cargo attractiveness dalam model dinyatakan dengan nilai 0,0003~0,02 pada tahun skenario 2024 sampai 2050. Nilai tersebut menunjukkan besar pertumbuhan akan upaya daya tarik BIJB Kertajati dalam menyediakan layanan yang aman, cepat, nyaman, murah, dan handal sudah dilakukan secara optimal untuk layanan penumpang dan barang dengan meningkatkan jumlah layanan rute sesuai dengan kebutuhan dan membuka layanan rute baru untuk peningkatan peluang bisnis kargo dan fungsi layanan terminal yang sudah optimal untuk pelayanan penumpang dan kargo baik domestik dan internasional.
Dari hasil simulasi Skenario pada model BONITA, kedua scenario menunjukkan bahwa number of passenger and cargo meningkat dari tahun 2024 s.d 2050, hal ini menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan demand passenger & cargo sesuai dengan peningkatan pengembangan wilayah Rebana Metrolitan melalui Interaksi Transportasi dan Tata Guna Lahan. Pada scenario optimistic jumlah penumpang bandara BIJB Kertajati tahun 2050 sebesar 7,29 juta penumpang/tahun dan jumlah kargo sebesar 267.293 ton/tahun. Dengan mengkonversi kapasitas bandara penumpang menjadi kapasitas bandara kargo diasumsikan sama dengan kapasitas pesawat Boeing 737-400 untuk mengangkut penumpang (159 penumpang) dibandingkan dengan kapasitas pesawat Boeing 737-400 untuk mengangkut kargo (18 ton), maka dapat dilihat pada skenario BAU sampai tahun 2050 bandara masih belum membutuhkan pengembangan. Sedangkan perlu disiapkan anggaran yang cukup untuk investasi pengembangan dan perawatan BIJB Kertajati sesuai peningkatan utilisasinya pada skenario optimistic mulai tahun 2026.
Jika pertumbuhan Pengembangan Rebana dan Sistem Transportasi sesuai dengan pertumbuhan saat ini (BAU) maka utilisasi BIJB di tahun 2050 sebesar 0.54. Jika pertumbuhan Pengembangan Rebana dan Sistem Transportasi sesuai dengan pertumbuhan optimistic dengan asumsi Program Transportasi hampir semua diselesaikan dan Rebana berkembang seperti kawasan Cikarang pada tahun 2050 maka utilisasi BIJB di tahun 2050 sebesar 0.99. Dengan demikian, maka BIJB Kertajati dapat dikembangkan juga menjadi bandara kargo atas pertimbangan proyeksi pendapatan sektor aeronautika dan kargo BIJB Kertajati dalam mendukung pelaksanaan kebijakan Pengembangan Rebana Metropolitan dan Sistem Transportasi
Penulis : Intan Bonita Lumban Gaol, S.T., M.T.